Wednesday, 16 November 2016

Manggis Kaligesing

Hi sahabat blogger ?
Kembali lagi bertemu saya, pada postingan sebelumnya saya menulis tentang potensi unggulan di kota purworejo dalam bidang peninggalan sejarah, kali ini saya akan membagikan kepada sahabat blogger semua potensi unggulan lainya dalam bidang industri yaitu "Manggis Kaligesing".


Perlu sahabat blogger ketahui ....
Buah Manggis Kaligesing ini cukup khas dengan berbagai keunggulan cita rasa dan manfaatnya. Dan manggis asal Purworejo ini memang cukup terkenal, dan  banyak di jumpai. Karakter khusus Manggis Kaligesing buahnya berbentuk bulat berwarna merah tua hingga ungu, rasanya  manis, buahnya kenyal, putih bersih dengan bobot perbuah rata-rata mencapai 100 - 125 gram. Dan Manggis Kaligesing adalah salah satu manggis terbaik di Indonesia dan sudah berstandar ekspor. 

Faktor yang menyebabkan produk unggulan ini kurang begitu merata di kenal adalah kurangnya sosialisasi dari pihak terkait menyangkut keberadaan buah tropis ini. Maka dari itu saya membantu mensosialisasikan lewat blog ini hehehe. Kalau anda singgah ke kota Purworejo jangan ragu untuk membeli manggis kaligesing sebagai oleh - oleh ya...


Cukup sekian, semoga bermanfaat........................
Baca selengkapnya

Monday, 14 November 2016

Museum Tosan Aji


Hi sahabat blogger .....? Setelah kemarin membahas tentang potensi unggulan purworejo di bidang ternak sekarang saya ingin membahas potensi lainya yang ada di purworejo yaitu tentang Peninggalan Sejarah di Kota Purworejo yaitu berupa " Museum Tosan Aji".  Mari kita bahas bersama- sama. 

Yang perlu sahabat blogger tau bahwa Museum ini berbeda dengan museum Ronggowarsito di Semarang maupun museum lainnya. Karena di musium Tosan Aji ini dipamerkan khusus tosan aji atau barang pusaka. Mulai dari pembuatan awal di beselen sampai pada jenis-jenis pusaka yang ada dan pernah dibuat di Indonesia.

Sejarah Singkat Museum Tosan Aji

Museum Tosan Aji Purworejo diprakarsai pendiriannya oleh Menteri Dalam Negeri Bpk. Soepardjo Rustam. Sedangkan peresmian Museum Tosan Aji Purworejo oleh Gubernur KDH Tingkat 1 Jawa Tengah Bpk. Ismail pada tanggal 13 April 1987. Lokasi Museum pada waktu itu terletak di Pendopo Kawedanan Kutoarjo. Pada tanggal 10 Juni 2001 oleh Pemerintahan Kabupaten Purworejo, koleksi Museum Tosan Aji Purworejo dipindah dari Kutoarjo ke Kota Purworejo. Dengan tujuan menempati bangunan bekas Pengadilan Negeri pada jaman Belanda yaitu di Jln. Mayjend Sutoyo no 10 atau di sebelah selatan Alun-Alun Purworejo sebagai upaya mewujudkan lokasi wisata terpadu meliputi beberapa bangunan bersejarah seperti Masjid Agung Darul Mutaqin di sebelah barat alun-alun dengan Bedug Pendowonya terbesar di Indonesia mungkin di dunia, Pendopo Kabupaten Purworejo di sebelah utara alun-alun, Gereja GPIB di sebelah timur dan sebelah selatan bangunan kantor Setda Purworejo dan Museum.








Selain anda bisa berwisata ke  Museum Tosan Aji anda juga bisa menambah ilmu pengetahuan anda karena Museum Tosan Aji bersifat edukatif dengan menyajikan koleksi dan informasi yang banyak dibutuhkan untuk pendidikan sejarah serta sebagai tempat tujuan wisata yang menyenangkan dan bernilai tinggi.



Jika sabahat Blogger ingin mengunjungi Museum Tosan Aji,  Tinggal Langsung aja deh datang ke alamat lengkap dibawah ini:
 
Lokasi Museum
Jalan Mayjend. Sutoyo No.10, Purworejo
Telp. 0275-321033



Transportasi
Jarak tempuh dari Terminal Bus : 4 Km

Jadwal KunjungSenin s/d Kamis : 08.00 - 14.00 WIB
Jum'at : 08.00 - 11.00 WIB
Sabtu : 08.00 - 12.30 WIB
Minggu dan Hari Besar tutup 

Harga Karcis
Dewasa : Rp 500,-
Anak-anak : Rp 300,-
Fasilitas
Luas Tanah / Luas Bangunan : 3.000 m2 / 900 m2
- Ruang Laboratorium/Konservasi
- Ruang Penyimpanan Koleksi
- Ruang Administrasi
- Kantin/Cafetaria
- Toilet


Organisasi
Jumlah Pegawai 5 orang
- Kurator : 1 orang
- Konservator : 2 orang
- Tenaga Fungsional : 1 orang
- Keamanan : 1 orang

Sumber : Pemda Purworejo

Cukup sekian dulu ya, semoga postingan saya bermanfaat :)


Baca selengkapnya

Kambing Etawa

Hi sahabat blogger .....? Setelah kemarin membahas Wisata Alam Pantai Pasir Puncu dan Ketawang, Kini saya akan membahas tentang potensi unggulan di Purworejo, diantaranya yaitu potensi di bidang ternak, coba tebak ternak apa??   Mari kita bahas bersama- sama.

Ngomong-ngomong ada yang tahu tentang kambing P.E? Ternyata Kambing  peranakan etawa (P.E) merupakan kambing keturunan etawa keturunan india yang di bawa penjajah Belanda. Kambing tersebut kemudian di kawinsilangkan dengan kambing lokal di kaligesing. Saat ini kambing ras etawa dikenal sebagai kambing khas asli kaligesing. Hingga saat ini kambing ras etawa terus dikembangkan Kambing Peranakan Etawa ini memiliki ciri khas pada bentuk mukanya yang cembung, bertelinga panjang-mengglambir, postur tubuh tinggi (gumla) antara 90-110 cm, bertanduk panjang dan ramping.

Anda tertarik untuk memeliharanya?? Ayo datang langsung ke Kota Purworejo....

 Semoga bermanfaat :)

Baca selengkapnya

Sunday, 13 November 2016

Kue Clorot

Hi .... Sahabat Blogger ??
Pada kesempatan ini saya akan menulis tentang salah satu makanan khas kota purworejo yang sudah tidak asing lagi di telinga kita,   Apa itu...........? Mari kita simak bersama- sama hehhee :)

Berkunjung ke kota Purworejo belum lengkap rasanya jika tidak mencicipi makanan khas purworejo, salah satunya Clorot, Clorot meruapakan makanan yang terbuat dari tepung beras yang dicampur santan kelapa dengan sedikit garam, gula merah dan daun pandan sebagai pemberi rasa khas. 


Clorot ini  Bentuknya sangat unik, wadahnya  terbuat dari janur kuning yang di bentuk menyerupai kerucut menyerupai terompet. Unik bukan ?.

Jika anda tidak sempat mengunjungi kota purworejo maka anda dapat membuatnya sendiri dirumah...
Ini dia resepnya..... :)


Resep Bahan Adonan Santan Clorot :
  1. 250 ml santan kental dari 1/2 butir kelapa
  2. 1 1/2 sendok makan tepung beras
  3. 1/2 sendok teh garam
Resep Bahan Adonan Tepung Clorot :
  1. 850 santan dari 1 butir kelapa
  2. 250 gram gula merah, iris halus
  3. 250 gram tepung beras
  4. 2 lembar daun pandan, sobek-sobek, dan kemudian buat simpul
  5. garam dengan takaran yang pas
Pembungkus Clorot :
  1. Daun kelapa/janur dan buanglah tulangnya
Cara Membuat Clorot :
  1. Adonan santan : campur rata semua bahan, sisihkan. Siapkan janur yang dibentuk mirip kerucut, ujung bawah harus kecil dan rapat, semat bagian atasnya dengan cara memasukan ujung daun ke dalam lipatan lingakaran daun kelapa  paling atas, supaya tidak lepas.
  2. Adonan tepung : dengan api kecil tuang santan, gula merah, garam, dan daun pandan. Tuang tepung beras sedikit demi sedikit sambil diaduk sampai adonan menjadi licin, angkat, dan kemudian saring jika memang perlu.
  3. Tuang adonan tepung beras tersebut ke dalam kerucut-kerucut kurang lebih sebanyak 3/4 bagian dari wadah.
  4. Kemudian tegakkan, kerucut-kerucut ini dalam lubang-lubang kelakat, kukus kurang lebih selama 20 menit sampai adonan mengeras.
  5. Selanjutnya tuangkan adonan santan dan kukus kembali kurang lebih selama 20 menit sampai seluruhnya matang.
  6. Kemudian angkat clorot tersebut
  7. Clorot sudah siap untuk dihidangkan.
Baca selengkapnya

Pantai Pasir Puncu

Hai sehabat blogger, di postingan yang sebelumnya saya menulis tentang Pantai Jati Malang, nah sekarang ini saya ada referensi baru nih ! ternyata di kabupaten Purworejo terdapat pantai yang tidak kalah mempesona dari Pantai Jati Malang Loh, ..... Yaitu Pantai Pasir Puncu dan Pantai Ketawang.  Mari Kita Ulas :)



Pantai Pasir Puncu terletak di Desa Harjobinangun, dan Ketawang Kec. Grabag, sekitar 22 km dari pusat kota Purworejo. Pantai Pasir Puncu dan Ketawang memiliki pesona yang hampir sama dengan Pantai Jati Malang.


Akses jalan menuju pantai ini juga relatif tidak sulit. Bila kita berangkat dari terminal Harjobinangun jauhnya sekitar 2 km sehingga dapat ditempuh dengan ojek atau dokar. Sehingga para pengunjung dapat menikmati deburan ombak dan semilir angin pantai. Selamat mengunjungi.

Baca selengkapnya

Saturday, 12 November 2016

Pantai Jati Malang



 Obyek wisata Pantai Jatimalang merupakan obyek wisata alam dengan perpaduan antara hamparan rawa/ tambak dan keindahan Pantai Laut Selatan.


Menurut searah, pantai ini pada tahun 1942 pernah dijadikan sebagai tempat pendaratan kapal yang mengangkut tentara Jepang. Hal ini dapat dimungkinkan karena disamping daerahnya sepi, Pantai Jatimalang sangat mudah dijangkau dan tidak begitu jauh dari pemukiman. Obyek wisata ini telah dilengkapi beberapa sarana prasarana seperti jalan hotmix sampai tepi pantai, bangunan gasebo, hiburan café, dan karaoke.

Pantai Jati Malang adalah pantai yang paling terkenal di Purworejo, Obyek pariwisata ini terletak di Desa Jatimalang, Kecamatan Purwodadi yang berjarak +18 Km dari pusat Kota Purworejo. Berikut ini Foto- fotonya , Mari berkunjung, hehe




Baca selengkapnya

Wisata Gunung Ijo



Haloo sehabat blogger semua, mau share nih di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah tepatnya di Desa Durensari, Bagelen, Kabupaten Purworejo terdapat sebuah destinasi Wisata Alam yang tidak boleh dilewatkan namanya "Gunung Ijo" . Penasaran kan?? Mari kita lihat video dibawah ini :

Sumber :http://reviensmedia.com/
Baca selengkapnya

Makanan Khas

Buah manggis merupakan buah yang rasanya manis dan segar. Buah ini merupakan produk unggulan Kabupaten Purworejo karena jarang ditemui di tempat lain yang rasa, bentuk, dan warnanya sama. Buah manggis banyak dihasilkan di wilayah Kecamatan Kaligesing, Loano, dan Bener. Masa produksi atau panen antara bulan Januari sampai Maret.



  

Sate kambing ini terdapat di Desa Winong, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo berjarak sekitar 15 kilometer arah barat laut dari kota Purworejo.

Lapis : dari tepung beras ketan.


   Tahu Kupat (beberapa wilayah menyebut “kupat tahu”), sebuah masakan yangberbahandasar tahu dengan bumbu pedas yang terbuat dari gula jawa cair dan sayuran seperti kol dan kecambah.
        
  
Geblek : makanan yang terbuat dari tepung singkong yang dibentuk seperti cincin, digoreng gurih

                  Clorot : makanan terbuat dari tepung beras dan gula merah yang dimasak
dalam pilinan daun kelapa.

         Rengginang : gorengan makanan yang terbuat dari ketan yang dimasak,
berbentuk bulat, gepeng.




 Dawet Hitam: sejenis cendol yang berwarna hitam, sangat digemari pemudik dari Jakarta. Untuk penjual dawet hitam yang asli adalah di timur jembatan Butuh.




    Lanting : makanan ini bahan dan bentuknya hampir sama dengan geblek, hanya saja ukurannya lebih kecil. Setelah digoreng lanting terasa lebih keras daripada geblek. Namun tetap terasa gurih dan renyah.




   Kue Satu : Makanan ini terbuat dari tepung ketan, berbentuk kotak kecil berwarna krem, dan rasanya manis.



Slondok, makanan terbuat dari tepung gaplek, seperti klanting namun sangat besar lingkarannya.



Photobucket




 Nasi Megono, adalah nasi urap yang dicampur dengan kelapa muda serta sayur-sayuran kuluban, menu ini dahulu sebagai kelengkapan sesaji saat akan Wiwit, memulai memanen padi , dengan upacara adapt secara kecil.





 
















 Cenil : makanan ini tebuat dari tepung ketela.










   
Baca selengkapnya

Sejarah Purworejo



Hamparan wilayah yang subur di Jawa Tengah Selatan antara Sungai Progo dan Cingcingguling sejak jaman dahulu kala merupakan kawasan yang dikenal sebagai wilayah yang masuk Kerajaan Galuh. Oleh karena itu menurut Profesor Purbocaraka, wilayah tersebut disebut sebagai wilayah Pagaluhan dan kalau diartikan dalam bahasa Jawa, dinamakan : Pagalihan. Dari nama “Pagalihan” ini lama-lama berubah menjadi : Pagelen dan terakhir menjadi Bagelen. Di kawasan tersebut mengalir sungai yang besar, yang waktu itu dikenal sebagai sungai Watukuro. Nama “ Watukuro “ sampai sekarang masih tersisa dan menjadi nama sebuah desa terletak di tepi sungai dekat muara, masuk dalam wilayah Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Purworejo. Di kawasan lembah sungai Watukuro masyarakatnya hidup makmur dengan mata pencaharian pokok dalam bidang pertanian yang maju dengan kebudayaan yang tinggi.
Pada bulan Asuji tahun Saka 823 hari ke 5, paro peteng, Vurukung, Senin Pahing (Wuku) Mrgasira, bersamaan dengan Siva, atau tanggal    5 Oktober 901 Masehi, terjadilah suatu peristiwa penting, pematokan Tanah Perdikan (Shima). Peristiwa ini dikukuhkan dengan sebuah prasasti batu andesit yang dikenal sebagai prasasti Boro Tengah atau Prasasti Kayu Ara Hiwang. Prasasti yang ditemukan di bawah pohon Sono di dusun Boro tengah, sekarang masuk wilayah desa Boro Wetan Kecamatan Banyuurip dan sejak tahun 1890 disimpan di Museum Nasional Jakarta Inventaris D 78 Lokasi temuan tersebut terletak di tepi sungai Bogowonto, seberang Pom Bensin Boro.Dalam Prasasti Boro tengah atau Kayu Ara Hiwang tersebut diungkapkan, bahwa pada tanggal 5 Oktober 901 Masehi, telah diadakan upacara besar yang dihadiri berbagai pejabat dari berbagai daerah, dan menyebut-nyebut nama seorang tokoh, yakni : Sang Ratu Bajra, yang diduga adalah Rakryan Mahamantri/Mapatih Hino Sri Daksottama Bahubajrapratipaksaya atau Daksa yang di identifikasi sebagai adik ipar Rakal Watukura Dyah Balitung dan dikemudian hari memang naik tahta sebagai raja pengganti iparnya itu.

Pematokan (peresmian) tanah perdikan (Shima) Kayu Ara Hiwang dilakukan oleh seorang pangeran, yakni Dyah Sala (Mala), putera Sang Bajra yang berkedudukan di Parivutan.Pematokan tersebut menandai, desa Kayu Ara Hiwang dijadikan Tanah Perdikan(Shima) dan dibebaskan dari kewajiban membayar pajak, namun ditugaskan untuk memelihara tempat suci yang disebutkan sebagai “parahiyangan”. Atau para hyang berada.Dalam peristiwa tersebut dilakukan pensucian segala sesuatu kejelekan yang ada di wilayah Kayu Ara Hiwang yang masuk dalam wilayah Watu Tihang. “ … Tatkala Rake Wanua Poh Dyah Sala Wka sang Ratu Bajra anak wanua I Pariwutan sumusuk ikanang wanua I Kayu Ara Hiwang watak Watu Tihang …”Wilayah yang dijadikan tanah perdikan tersebut juga meliputi segala sesuatu yang dimiliki oleh desa Kayu Ara Hiwang antara lain sawah, padang rumput, para petugas (Katika), guha, tanah garapan (Katagan), sawah tadah hujan (gaga).


Disebut-sebutnya “guha” dalam prasasti Kayu Ara Hiwang tersebut ada dugaan, bahwa guha yang dimaksud adalah gua Seplawan, karena di dekat mulut gua Seplawan memang terdapat bangunan suci Candi Ganda Arum, candi yang berbau harum ketika yoninya diangkat. Sedangkan di dalam gua tersebut ditemukan pula sepasang arca emas dan perangkat upacara. Sehingga lokasi kompleks gua Seplawan di duga kuat adalah apa yang dimaksud sebagai “parahyangan” dalam prasasti Kayu Ara Hiwang.

Upacara 5 Oktober 901 M di Boro Tengah tersebut dihadiri sekurang-kurangnya 15 pejabat dari berbagai daerah, antara lain disebutkan nama-nama wilayah : Watu Tihang (Sala Tihang), Gulak, Parangran Wadihadi, Padamuan (Prambanan), Mantyasih (Meteseh Magelang), Mdang, Pupur, Taji (Taji Prambanan) Pakambingan, Kalungan (kalongan, Loano). Kepada para pejabat tersebut diserahkan pula pasek-pasek berupa kain batik ganja haji patra sisi, emas dan perak. Peristiwa 5 Otober 901 M tersebut akhirnya pada tanggal 5 Oktober 1994 dalam sidang DPRD Kabupaten Purworejo dipilih dan ditetapkan untuk dijadikan Hari jadi Kabupaten Purworejo. Normatif, historis, politis dan budaya lokal dari norma yang ditetapkan oleh panitia, yakni antara lain berdasarkan pandangan Indonesia Sentris.

Perlu dicatat, bahwa sejak jaman dahulu wilayah Kabupaten Purworejo lebih dikenal sebagai wilayah Tanah Bagelen. Kawasan yang sangat disegani oleh wilayah lain, karena dalam sejarah mencatat sejumlah tokoh. Misalnya dalam pengembangan agama islam di Jawa Tengah Selatan, tokoh Sunan Geseng diknal sebagai muballigh besar yang meng-Islam-kan wilayah dari timur sungai Lukola dan pengaruhnya sampai ke daerah Istimewa Yogyakarta dan Kabupatn Magelang. Dalam pembentukan kerajaan Mataram Islam, para Kenthol Bagelen adalah pasukan andalan dari Sutawijaya yang kemudian setelah bertahta bergelar Panembahan Senapati. Dalam sejarah tercatat bahwa Kenthol Bagelen sangat berperan dalam berbagai operasi militer sehingga nama Begelen sangat disegani. Paska Perang Jawa, kawasan Kedu Selatan yang dikenal sebagai Tanah Bagelen dijadikn Karesidenan Bagelen dengan Ibukota di Purworejo, sebuah kota baru gabungan dari 2 kota kuno, Kedungkebo dan Brengkelan.

Pada periode Karesidenan Begelen ini, muncul pula tokoh muballigh Kyai Imam Pura yang punya pengaruh sampai ke Jawa Barat dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Hampir bersamaan dengan itu, muncul pula tokoh Kyai Sadrach, penginjil Kristen plopor Gereja Kristen Jawa (GKJ). Dalam perjalanan sejarah, akibat ikut campur tangannya pihak Belanda dalam bentrokan antara para bangsawan kerajaan Mataram, maka wilayah Mataram dipecah mejadi dua kerajaan. Kasunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta. Tanah Bagelen akibat Perjanjian Giyanti 13 pebruari 1755 tersebut sebagai wilayah Negara Gung juga dibagi, sebagian masuk ke Surakarta dan sebagian lagi masuk ke Yogyakarta, namun pembagian ini tidak jelas batasnya sehingga oleh para ahli dinilai sangat rancu diupamakan sebagai campur baur seperti “rujak”.

Dalam Perang Diponegoro abad ke XIX, wilayah Tanah Bagelen menjadi ajang pertempuran karena pangeran Diponegoro mndapat dukungan luas dari masyarakat setempat. Pada Perang Diponegoro itu, wilayah Bagelen dijadikan karesidenan dan masuk dalam kekuasaan Hindia Belanda dengan ibukotanya Kota Purworejo. Wilayah karesidenan Bagelen dibagi menjadi beberapa kadipaten, antara lain kadipaten Semawung (Kutoarjo) dan Kadipaten Purworejo dipimpin oleh Bupati Pertama Raden Adipati Cokronegoro Pertama. Dalam perkembangannya, Kadipaten Semawung (Kutoarjo) kemudian digabung masuk wilayah Kadipaten Purworejo. Dengan pertimbangan strategi jangka panjang, mulai 1 Agustus 1901, Karesienan Bagelen dihapus dan digabungkan pada karesidenan kedu. Kota Purworejo yang semula Ibu Kota Karesidenan Bagelen, statusnya menjadi Ibukota Kabupaten.

Tahun 1936, Gubernur Jenderal Hindia belanda merubah administrasi pemerintah di Kedu Selatan, Kabupaten Karanganyar dan Ambal digabungkan menjdi satu dengan kebumen dan menjadi Kabupaten kebumen. Sedangkan Kabupaten Kutoarjo juga digabungkan dengan Purworejo, ditambah sejumlah wilayah yang dahulu masuk administrasi Kabupaten Urut Sewu/Ledok menjadi Kabupaten Purworejo. Sedangkan kabupaten Ledok yang semula bernama Urut Sewu menjadi Kabupaten Wonosobo. Dalam perkembangan sejarahnya Kabupaten Purworejo dikenal sebagai pelopor di bidang pendidikan dan dikenal sebagai wilayah yang menghasilkan tenaga kerja di bidang pendidikan, pertanian dan militer. 

Tokoh-tokoh yang muncul antara lain WR Supratman Komponis lagu Kebangsaan “Indonesia raya”. Jenderal Urip Sumoharjo, Jenderal A. Yani, Sarwo Edy Wibowo dan sebagainya. Para tokoh maupun tenaga kerja di bidang pertanian pendidikan, militer, seniman dan pekerja lainnya oleh masyarakat luas di tanah air dikenal sebagai orang-orang Bagelen, nama kebangsaan dan yang disegani baik di dalam maupun di luar negeri.


(Sumber: Buku POTENSI WISATA PURWOREJO – Yayasan Arahiwang Purworejo Jakarta).
Baca selengkapnya

Keelokan Purworejo yang Layak Membuatnya Digelari Sebagai Permata Pariwisata Tanah Jawa



Di balik tenangnya kota Purworejo yang oleh orang-orang tua disebut sebagai Kota Pensiunan ini, terdapat keelokan tersembunyi yang tentunya menggoda untuk disinggahi.Kamu yang terbiasa bolak-balik Jakarta–Jogja lewat jalur selatan Jawa Tengah pasti gak asing lagi dengan nama Purworejo. Kabupaten yang berada di antara Kebumen dan Kulon Progo ini memang sering disinggahi oleh mereka yang melalui jalur selatan. Purworejo juga menjadi tanah kelahiran bagi beberapa tokoh nasional, seperti Pahlawan Revolusi Ahmad Yani dan Sarwo Edhie Wibowo, mertua mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yaitu Sarwo
Edhie Wibowo . Penasaran ? Apa aja sih potensi pariwisata yang dimiliki Kota Pramuka ini? Mari, kita telusuri sama-sama!
1. Purworejo punya beberapa pantai yang tak kalah cantiknya dengan Bali. Misalnya Pantai Jatimalang, destinasi favorit penduduk lokal
 
 Pantai Jatimalang saat senja via @explorepurworejo

Berbeda dengan pantai-pantai yang ada di Pacitan atau Gunung Kidul — yang umumnya berpasir putih serta tersekat-sekat oleh perbukitan — pantai Purworejo biasanya panjang, luas, dan memiliki pasir berwarna hitam atau cokelat, seperti halnya pantai-pantai di daerah Bantul maupun Kulonprogo. Salah satu pantai di Purworejo yang paling terkenal adalah pantai Jatimalang.

Pantai ini gak begitu jauh, cuma 18 km dari pusat kota, bisa ditempuh dengan angkot pula! Selain merasakan deburan ombak besar khas pantai selatan, kamu juga akan dimanjakan dengan beragam fasilitas bagi wisatawan.

Takut bermain air laut? Ada kolam renang air tawar di pinggir pantai yang terbuat dari terpal warna-warni. Kamu juga bisa mencoba mengendarai ATV menyusuri pantai. Pun tak perlu repot-repot mencari toilet maupun penginapan karena semua itu sudah tersedia di sini. Kalau lapar, aneka kuliner dari ikan segar tangkapan nelayan siap memanjakan lidahmu.
  
2. Pesona ornamen indah di dinding perut bumi bisa kamu saksikan di Goa Seplawan

 Goa Seplawan via www.nakarasido.com
Purworejo juga memiliki goa alami yang menjadi salah satu daya tarik wisatanya. Namanya Goa Seplawan. Goa ini terletak di Desa Donorejo, Kecamatan Kaligesing, sekitar 20 km dari pusat kota; kalau kamu melewati jalan raya Purworejo–Jogja, papan penunjuk jalan ke goa ini pasti kelihatan.

Di goa sepanjang kurang lebih 700 meter dan lebar sekitar 15 meter ini, kamu bisa menjelajah sekalian mengamati indahnya berbagai ornamen alami yang ada di dinding goa. Di luar goa, suasana hutan pinus yang sejuk dan asri di lereng pegunungan Menoreh bakal bikin kamu betah berada di kawasan ini. Apalagi, tak jauh dari sini terdapat sentra durian serta kambing peranakan etawa khas Purworejo.
 3. Buat kamu yang mencari panorama air terjun, ada Curug Silangit yang siap menjamumu dengan keelokannya
Tak hanya pantai dan goa, Purworejo juga menyimpan sejumlah air terjun dengan panorama yang menawan. Salah satunya adalah curug Silangit yang terletak di Desa Somongari, Kecamatan Kaligesing. Air terjun ini memiliki ketinggian 50 meter yang terbagi ke dalam tiga tingkatan. Tingkatan pertama tingginya 30 meter, sementara dua tingkatan terakhir masing-masing setinggi 10 meter.

Di dasar air terjun, terdapat kedung atau kolam yang airnya sangat dalam. Kalau kamu gak bisa berenang, lebih baik berhati-hati dan tetaplah berada di tepian. Untuk menuju ke curug ini, aksesnya cukup mudah kok. Kamu bisa menaiki kendaraan pribadi maupun angkutan umum.
4. Curug Muncar
  Curug Muncar via spadepicnic.wordpress.com
 Sebuah air terjun yang luar biasa indah dan belum terjamah tangan-tangan manusia menanti untuk kamu sambangi di desa Kaliwungu, kecamatan Bruno, sekitar 45 menit dari pusat kota. Di ketinggian 900 meter dari permukaan laut, suasana yang sejuk dan hijau akan menyergapmu. Di sinilah kamu bisa menemukan Curug Muncar yang tingginya mencapai 40 meter ini.

Untuk mencapai curug ini, kamu mesti trekking selama kurang lebih 30 menit. Tapi, sepanjang jalur trekking kamu akan disuguhi dengan kesejukan dan panorama perbukitan yang menawan. Penasaran?

5. Indahnya panorama kota Purworejo dari ketinggian bisa kamu nikmati dari puncak bukit Geger Menjangan

 Lanskap kota Purworejo dari puncak Geger Menjangan via goer-ars.blogspot.com


Nah, kalau kamu menginginkan keindahan puncak bukit dengan panorama lanskap kota Purworejo di bawah kakimu, kamu bisa menemukannya di puncak bukit Geger Menjangan. Bukit ini berada tak jauh dari pusat kota, tepatnya berada di dekat kolam renang Artha Tirta.
Untuk sampai ke puncak, kamu mesti menapaki ratusan anak tangga terlebih dulu. Sesampainya di atas kamu akan menemukan sebuah pendopo yang berfungsi sebagai gardu pandang. Setelah bersusah payah, nikmatilah panorama lanskap kota Purworejo yang terhampar di depan mata kamu.
Dan masih banyak lagi tempat wisata di Purworejo,  Kalau begitu mari berkunjung :)
Baca selengkapnya